Ancaman Komersialisasi dan Sekularisme bagi Mahasiswa

 Kemunduran mahasiswa ini tidak terjadi begitu
saja. Banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal biasnya karena kemalasan dalam diri mahasiswa atau
karena tidak ingin terbebani oleh tugas sosiologis. Tugas sosiologis
berdasarkan berdimensi Kemasyarakatan yang membawa perubahan.

Adapun faktor eksternalnya yaitu sistem yang
tengah diterapkan. Sistem pendidikan saat dibuat mandul akan fungsinya sebagai
pencetak generasi emas, kurikulum dibuat sedemikian rupa sehingga energi
mahasiswa terkuras begitu saja. Selain itu mereka disuguhkan dengan pola pikir
yang kapitalis dan liberalis.

 

Diskriminasi dalam dunia pendidikan tidak
dapat ditutup-tutupi lagi. Slogan orang miskin dilarang sekolah memang benar
adanya. Apalagi dimasa pandemi covid-19, buruknya kebijakan pendidikan mengakibatkan
sekitar 50% pelajar tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan
Tinggi
(Jawapos.com, 20/9/2020). Sementara kuliah daring dengan segala
keterbatasannya mulai dari kouta, jaringan hingga kurikulum yang tidak memadai
menjadikan mahasiswa kewalahan.

 

Karena peran negara diminimalisasikan sebatas
regulator mengakibatkan sekolah dan perguruan tinggi harus jungkir balik
mencari dana. Penurunan UKT ternyata hanya prank belaka. Hingga tahun ajaran
baru 2021 pun, UKT masih menjadi persoalan besar perguruan tinggi.

 

Sistem pendidikan sekarang mencetak mahasiswa
sebagai pilar penegak kapitalis global, mahasiswa menjadi pabrik tenaga kerja.
Kaum perempuan pun tak luput dari jeratan mereka, fungsi perempuan sebagai
ummul warobatul bait kini teralihkan menjadi pencari nafkah.

 

Diakui atau tidak, sistem pendidikan di
Indonesia adalah sistem sekuler-materialistis. Pendidikan moral dan agama tidak
proporsional dan tidak dijadikan landasan bagi bidang lainnya. Rata-rata
pendidikan Agama di PT diberikan sebanyak 2 jam pelajaran dengan muatan 3 SKS
di semester pertama. Bahkan beberapa PT menjadikan matakuliah Agama sebagai
matakuliah pilihan. Sehingga tak aneh apabila mahasiswa tertanamkan nilai-nilai
sekularisme baik langsung ataupun tidak langsung. Sehingga tak jarang dijumpai
mahasiwa yang berprestasi tetapi kurang akhlak dan moralnya.

Selain itu, kapitalisme merupakan titipan
penjajahan barat untuk semua negara jajahannya termasuk Indonesia. Sejak awal
penjajahannya, mereka bukan hanya menjarah kekayaan kita tetapi juga pemikiran.
Sehingga setalah kemerdekaan indonesia, penjajahan tetap berlangsung mulai dari
bidang ekonomi, politik, pendidikan hingga kesehatan. Dibidang pendidikan
sendiri dirancang oleh intelektual yang akan dididik oleh barat. Barat memasuki
sistem pendidikan indonesia dengan memberikan pinjaman, beasiswa, hibah,
pertukaran mahasiswa serta melakukan penelitian.

Oleh : Ahmad Zaki A. A.

LihatTutupKomentar