Negriku Kini Tak Senyaman Dulu

 

Sudah menjadi rahasia umum jika negri ini semakin berubah. Jauh dari lingkup keyamanan yang lampau. Berkembangnya teknologi dan meruaknya globalisasi mengikis perlahan nilai ajaran nenek moyang hingga saat ini. Terkadang juga bertanya-tanya kemana perginya nilai kekeluargaan dan sopan santun yang lekat dengan negri tercinta?. 


Kini yang jauh terasa dekat tetapi yang dekat terasa jauh. Apa sebabnya? Virus kah? Iya, bukan hanya covid-19 tetapi virus dari datang dan berkembangnya teknologi. Memang sebuah fakta bahwa kemajuan teknologi juga memberikan banyak kontribusi dalam berbagai bidang dan  cara efektif mengatasi berbagai masalah informasi. Akan tetapi, juga tak dapat dipungkiri apabila hal itu juga yang menyebab kan nilai negri ini mulai terjajah dan terkikis. 


Rasa kekeluargaan antar masyarakat yang mulai hilang karena hal tersebut. Mau ada hajatan? Sekarang lebih mudah dengan Event Organizer , tidak perlu repot meminta tolong tetangga untuk membantu mempersiapkan acaranya. Mau bangun rumah? Sekarang tidak perlu satu kampung bekerja sama, cukup dengan Klik Aplikasi Pertukangan atau Sewa jasa pembangunan proyek rumah. Anak- anak bermain petak umpet, bak sodor, tameng-tamengan, engklak bersama apakah masih ada? Tidak hampir 75% permainan itu sudah tidak dikenali anak masa kini. Nah, bayangkan saja interaksi antarsesama masyarakat saja sudah tak seperti dulu. Maka apa kabar dengan nilai kekeluargaan yang harusnya kita tanam dan kembangkan hingga kini?

Etika yang begitu dikenal baik, kini juga dipertanyakan. Bagaimana tidak? Dengan adanya media sosial, bukan hanya perkataan yang mampu membunuh secara perlahan. Akan tetapi segala bentuk postingan yang menghujat, membuli, bahkan terang-terangan merenggut dan menekan hak orang lain. Apakah itu masih layak dikatakan beretika? 

Mau ngelawak tapi sama sekali tidak lucu, sopankah? Santunkah? Lantas kemana semua nilai itu? Kekeluargaan? Jangankan serempak, yang lain ditindas saja tak mampu membela. Jangankan sopan santun, banyak yang berlomba-lomba menjadi pintar tapi na’asnya malah terbodohi. Mungkin jika para bapak pahlawan masih melihat diatas sana, beliau pasti tertawa miris melihat keadaan negri ini.

Tak ada lagi saling sapa, saling tolong-menolong, bahkan rasa saling menghormati pun mulai memudar. Sungguh negri ku kini tak senyaman dulu. Dulu, satu orang tertindas maka satu kampung bertindak. Dulu, tak terlihat sebentar saja pasti yang lain mencari kabarnya. Dulu, tawa anak-anak mengudara bersama tak jarang juga diselingi rangkulan dan pelukan. Keadaan amat di rindu, rasa nyaman dan aman yang bahkan sampai sekarang tak terlupakan. 

*Oleh : Sahabati Shela

LihatTutupKomentar