Gara – gara Covid 19, pengaruh Pendidikan
Di sekitaran blitar, dan realitas sosial yang berkembang di kota malang.
Teamratama.com – (25/03/2020) oleh puput wahyuti, mahasiswa menegemen Unikama 2019
Gara – gara Covid 19, Peserta Didik Resah
Akhir – akhir ini Indonesia sedang bermasalah dengan adanya virus covid 19 atau disebut sebagai virus corona, dimana virus tersebut ada yang mengatakan virus yang berbahaya hingga bisa menyebar dan menular ke siapapun dengan kurun waktu yang sangat cepat.
Daerah – daerah yang ada di Indonesia sudah banyak warga yang terkena virus corona, namun banyak juga berita palsu atau hoax yang tersebar tentang virus corona. Sehingga adanya berita – berita yang palsu pasti akan meresahkan masyarakat Indonesia.
Datangnya virus corona di Indonesia, mengakibatkan semua aktivitas masyarakat yang biasa dilakukan setiap hari akan terhambat. Pemerintah sudah mengimbau atau memberikan intruksi bahwa untuk tetap stay home atau berdiam di rumah dan mengurangi semua aktivitas. Padahal tanpa mengurangi aktivitas ,bisa menjaga kesehatan maupun kebersihan dan optimis bila tidak akan terkena virus corona terdapat kemungkinan besar tidak akan terkena virus tersebut.
Semua sistem di Indonesia menjadi berubah, apalagi sistem pendidikan. Dimana sekolah – sekolah, kuliah diliburkan tapi dengan tetap ada tugas – tugas yang diberikan oleh guru maupun dosen. Ini pun sangat membuat peserta didik menjadi resah.
Baca juga : Mahasiswa UNIKAMA Keluhkan Kuliah
Berangkat dari kehidupan sosial sekitar Kabupaten blitar.
Jika peserta didik SD,SMP,SMA juga terdapat tugas – tugas online yang dimana masih ada pantauan orang tua dan hanya mengerjakan soal – soal yang ada di buku, di foto dan kirimkan kepada gurunya. Peserta didik memilki rasa takut dan cemas bila nanti kedepan tidak bisa memahami materi materi pembelajaran. Karena guru sama sekali tidak menjelaskan materi sama sekali.
Orang tua pun juga ikut resah, cemas dan juga berpikir bila anak – anaknya kurang paham dengan tugas maupun materi, apalagi dengan orang tua murid yang kurang paham tentang materi – materi anak – anaknya karena orang tua mungkin hanya lulusan SD bahkan SD saja tidak lulus 6 tahun ini yang harus menjadi pertimbangan serius.
Untuk melakukan bimbingan belajar mereka para orang tua juga tidak membiarkan anak – ananknya untuk melakukan itu kerena adanya virus corona.
Dan ini pula yang belakangan saya rasakan , di mana tempat kuliah saya di sekitaran Kota malang
Kerisauan tersebut juga melibatkan para mahasiswa, dimana biasa perkuliahan dilakukan dengan face to face sekarang menggunakan program kuliah daring atau sistem e-learning. Mahasiswa sangat terbebani, karena ketika dosen memberikan tugas kepada mahasiwa melalui daring tersebut, dosen tidak membahas kembali tentang materi tersebut.
Apalagi dengan sistem daring tersebut harus menggunakan paket kuota dan harga paket kuota juga cukup mahal bagi mahasiswa untuk mengakses sistem pembelajaran daring. Karena mahasiswa sekarang banyak yang pulang kampung karena ada imbauan untuk belajar di rumah dan stay home. Di rumah pasti jelas berbeda bila kita di lingkungan kampus karena tidak ada wifi dan terpaksa mereka beli paket kuota.
Dan lebih resahnya lagi jika susah sinyal maupun mati lampu merekapun kesusahan untuk mengakses internet atau kuliah daring tersebut. Dengan sistem daring banyak mahasiswa yang kurang paham tentang materi – materi mata kuliah. Dan ketika ada forum diskusi setelah mahasiswa mempresentasikan atau menjawab pertanyaan – pertanyaan dari mahasiswa lain, dosen pun juga tidak mereview kembali materi tersebut.
Ini pun juga sangat menjadi resah mahasiswa, meskipun mahasiswa juga dituntut untuk bisa belajar mandiri tetapi mahasiswa juga perlu bmbingan dari dosen. Mereka para mahasiswa berpikir bahwa dengan sistem ini hanya menambahkan biaya kuliah mereka. Padahal UKT sudah dibayarkan tapi mereka harus mengeluarkan biaya lagi untuk sistem kuliah daring.
Dan itu juga sangat membebankan orang tua yang berlatar belakang seorang petani yang dimana memiliki uang ketika musim panen bila belum, pasti mereka lebih mengeluarkan uang seminim mungkin.
Dengan demikian pemerintah segera menanggulangi adanya covid 19 agar segera pulih semua aktivitas – aktivitas masyarakat dan para peserta didik bisa kembali belajar dengan normal yaitu dengan face to face. Banyak harapan masyarakat , apalagi masyarakat desa yang kurang paham dan gampang menerima berita – berita yang belum tentu benar.
Diharapkan tidak ada berita hoax yang meyebar kemasyarakat. Karena berita – berita tersebut membuat cemas, khawatir dan takut untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.
Link lanjut : Sudah terpinggir, Kita Terdesak (APA KABAR INDONESIA?)
Teamratama
Editor (az/zz)