Progresif di Tengah Pandemi
OLeh : lilis purwati
Kader PMII RAYON SUTAN SJAHRIR
TEAMRATAMA.COM
Di tengah pandemi yang melanda tak jua reda, jiwa aktivis serasa teriris. Raga yang biasa turun ke lapang, kini dipaksa memahami situasi dengan lapang. Menjadi aktivis, kerap kali dicurigai dengan tindak anarkis, bahkan dituduh terlalu kritis.
Dalam hal pelik tentu kita ingin tetap dapat berbuat baik, menjalani aktivitas berkualitas meski disekat batas. Kajian rutin yang biasa dilaksanakan bukan alasan harus henti ditengah pandemi.
Zaman modernisasi teknologi tentu dalam genggaman, aktivitas dapat dilakukan meski tak sehangat bentuk realita pertemuan.
Pandemi mengajarkan kita tetap menjaga solidaritas meski di sekat batas, Ilahi memberi ruang lebih untuk evaluasi dan muhasabah diri.
Sebagai aktivis menjadi statis bukanlah pemikiran idealis. Generasi muda tetap harus berkarya agar berdaya dan bisa mewujudkan cita-cita Bangsa, minimal diri sendiri dan keluarga. Selain, menghadapi pandemi kita juga menghadapi bulan suci jadi tak elok rasanya jika iman kita “KO’’ bukan malah bertambah ”OK”.
Sebagai makhluk sosial ditengah pandemi PMII Ibnu Rusyd Unikama berusaha mewujudkannya, dengan gerakan sosial pembagian bantuan dalam bentuk alat kesehatan dan keamanan (masker dan handsanitizer).
Pada bulan suci PMII Ibnu Rusyd Unikama tetap berusaha mengadakan kajian diskusi Islami mengais pemikiran kritis dan agamis yang enggan terkikis pada jiwa kami para aktivis.
Organisasi bukan hanya tempat berproses tapi juga harus berprogres. Progresif di tengah pandemi sudah seharusnya terpatri dalam diri. Mengasah nalar setiap hari bukan hanya diharapkan bisa menjadikan diri “bergelar” karena gelar saja tak akan cukup jika tak diimbangi kemampuan mendasar.
Dunia terlalu kasar jika sebagai manusia kita tak ada ikhtiar.
Pandemi semoga lekas henti, sebab ilmu lewat tatap akan lebih mantap daripada lewat layar kerap kali membuat gusar, apalagi jika terhalang sinyal rasanya pembelajaran tak akan maksimal
.
Namun tak ada alasan, untuk tidak belajar di tengah situasi yang kini gusar. Bersyukur, tak perlu kufur sebab pandemi ini memiliki hikmah yang tak terukur.
Teamratama
editor