Buku Tan Malaka Jadi Bukti Kasus Vandalisme : Ada apa Negeri Ini

Beberapa buku yang jadi barang bukti di antaranya; ‘Aksi Massa’ karya Tan Malaka, ‘Coret-coret Di Toilet’ karya Eka Kurniawan, ‘Indonesia Dalam Krisis’ karya Litbang Kompas


Buku Tan Malaka Jadi Bukti Kasus Vandalisme.


TEAMRATAMA.COM -Polda Metro Jaya menangkap lima pelaku Aksi Vandalisme bertuliskan pesan ‘Sudah Krisis Saatnya Membakar’ di Tangerang Kota. Belakang para pelaku dikait-kaitkan dengan kelompok aktivis  Sindikalis. Di kutip dari suara.com
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana menyebut, kelompok Anarko Sindikalis melakukan aksi vandalisme di tengah pandemi Covid-19 untuk menciptakan keresahan dengan tujuan memprovokasi masyarakat hingga melakukan penjarahan di sejumlah wilayah di Pulau Jawa.
Sejumlah buku ditampilkan ke depan awak media sebagai barang bukti dari para pelaku.
Beberapa buku itu di antaranya; ‘Aksi Massa’ karya Tan Malaka, ‘Coret-coret Di Toilet’ karya Eka Kurniawan, ‘Indonesia Dalam Krisis’ karya Litbang Kompas dan lain-lain.
Sejumlah, warganet pun lantas bereaksi keras atas sikap aparat kepolisian tersebut. Mereka mempertanyakan alasan mengapa buku-buku tersebut dijadikan barang bukti.
aktifis Mahasiswa Kota malang berpendapat ” Bahwa tindakan kepolisian atas hal ini tidak masuk akal, dengan Menjadikan Karya Karya anak bangsa dalam bentuk buku menjadi barang bukti tindakan yang di tuduh Anarkis Vandalisme “. tutur nya

Mungkin Mereka tak paham apa korelasinya Vandalisme Anarkis yang di lakukan oknum-oknum dengan Buku-buku yang di jadikan bukti tersebut. saya rasa perlu di cari artian vandalisme bagi pak polisi. lanjut nya

Secara tidak langsung Ini sangat mencederai Karya-karya dan penulis seperti salah satu nya TAN MALAKA siapa beliau .dan saya rasa ini tidak masuk akal sama sekali . tandas nya

Dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta AB Widyanta menilai, tidak sepatutnya buku-buku tersebut dijadikan barang bukti. Sebab, kata dia, hubungan antara ideologi yang dibaca dalam bentuk teks di dalam buku terhadap tindakan memiliki korelasi yang jauh.
“Jadi itu antara ideologi yang dibaca dalam bentuk teks untuk kemudian sampai dengan mencapai wujud tindakan itu korelasinya panjang dan jauh. Dan, tidak ada hubungannya,” kata Abe Dikutip dari SUARA.COM, Minggu (12/4/2020).
Menurut Abe, fenomena tersebut menunjukkan masih adanya stigmatisasi kelompok tertentu terhadap terhadap buku-buku tertentu dan atas kepentingan tertentu.
Padahal, semestinya kata Abe, jika memang ditemukan adanya tindakan kriminalitas dari pelaku maka sebaiknya polisi fokus terhadap kasus tersebut tanpa harus menjadikan sejumlah buku sebagai barang bukti yang sejatinya kerap tidak ada korelasinya.
“Artinya apa, ini kan gejala yang masih berulang kembali, proses stigmatisasi kelompok atas nama kepentingan-kepentingan yang saya tidak tahu di baliknya mau bicara apa. Tapi, ini (pelaku) adalah anak bangsa sendiri, yang mestinya kemudian bisa ditangani secara professional,” katanya.



TEAMRATAMA
RED/AZ
LihatTutupKomentar