KITA ADALAH SANTRI
Aku, Kamu dan Dia adalah Santri dan Santri itu untuk
NKRI. Santri, Sebuah istilah
yang mungkin sudah tidak asing lagi di dengar. Apalagi untuk kita yang latar
belakangnya yakni seorang muslim dan tinggal di Negara Kesatuan Republik
Indonsia (NKRI) yang merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya
beragama islam terbesar di dunia.
NKRI. Santri, Sebuah istilah
yang mungkin sudah tidak asing lagi di dengar. Apalagi untuk kita yang latar
belakangnya yakni seorang muslim dan tinggal di Negara Kesatuan Republik
Indonsia (NKRI) yang merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya
beragama islam terbesar di dunia.
Menurut sebagian besar
orang istilah santri adah sebuah panggilan yang digunakan untuk seseorang yang
sedang menimba ilmu pendidikan agama islam selama kurun waktu tertentu dengan
jalan menetap di sebuah pondok pesantren. Di Indonesia (NKRI) terdapat banyak
sekali pondok pesantren yang tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia.
orang istilah santri adah sebuah panggilan yang digunakan untuk seseorang yang
sedang menimba ilmu pendidikan agama islam selama kurun waktu tertentu dengan
jalan menetap di sebuah pondok pesantren. Di Indonesia (NKRI) terdapat banyak
sekali pondok pesantren yang tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia.
Beberapa nama pondok
pesantren tersebut ialah Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang, Jawa Timur),
Pondok Pesantren Gontor (Ponorogo, Jawa Timur), Pondok Pesantren El-Qolam
(Tangerang, Banten), Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin (Rembang, Jawa Tengah), dan lain sebagainya. NKRI dan Santri, keduanya bagaikan 2
sisi mata uang yang saling berkesimbangunan. Ke-2 nya saling berhubungan tidak
dapat terpisahkan satu sama lain. Ingatkah kita tentang perang 10 November yang
terjadi 74 tahun yang lalu di Surabaya. Perang tersebut di pimpin oleh
seseorang yang terkenal dengan kata-katanya “Merdeka atau Mati”, dan dialah
Bung Tomo.
Ketauilah, Bung Tomo itu ternyata
juga seorang santri. Ia dengan lantangnya berani menyuarakan “Allahu Akbar
(Allah Maha Besar), Merdeka atau Mati” untuk mengobarkan semangat arek-arek
Suroboyo dalam perang melawan penjajah. Selain itu, ia berperang ternyata juga
karena adanya perintah “Revolusi Jihad” dari seorang Kyai yang bernama KH.
Hasyim Asy’ari dari Pondok Pesantren TebuIreng (Jombang, Jawa Timur) pada
tanggal 22 Oktober tahun 1945. Tidak hanya itu, Ingatkah kita
dengan seseorang yang dulunya juga seorang santri yang tidak lain merupakan
putra dari KH. Hasyim Asy’ari yakni KH. Wahid Hasyim. Beliau merupakan salah
satu anggota dari Panitia Sembilan yang bertugas untuk menyusun Dasar Negara
untuk Indonesia Merdeka, yang akhirnya kita kenal saat ini yaitu dengan nama
Pancasila.
Kemudian putra beliau yakni KH.
Abdurrahman Wahid pernah menjadi orang nomer satu di Indoesia, setelah melalui
proses pemilihan presiden pada tanggal 20 Oktober tahun 1999. Di masa
pemerintahannya,wilayah Indonesia berubah menjadi 32 provinsi dan persentasi
pembagian kekayaan daerah-pusat lebih baik dibandingkan pemerintahan
sebelumnya. Semua hal tersebut sangatlah membuktikan bahwa NKRI dan
Santri adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Kita sebagai seorang santri
haruslah sadar bahwa kita adalah untuk NKRI. Betapa muliahnya seorang santri
yang karena jasa-jasanya, Negara juga ikut memberikan aspirasi dengan di
tetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri sejak 4 tahun yang lalu pada
tahun 2015 oleh Presiden saat itu, yakni Bapak Joko Widodo atau yang biasa kita
kenal juga dengan sebutan Pak Jokowi
.
Abdurrahman Wahid pernah menjadi orang nomer satu di Indoesia, setelah melalui
proses pemilihan presiden pada tanggal 20 Oktober tahun 1999. Di masa
pemerintahannya,wilayah Indonesia berubah menjadi 32 provinsi dan persentasi
pembagian kekayaan daerah-pusat lebih baik dibandingkan pemerintahan
sebelumnya. Semua hal tersebut sangatlah membuktikan bahwa NKRI dan
Santri adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Kita sebagai seorang santri
haruslah sadar bahwa kita adalah untuk NKRI. Betapa muliahnya seorang santri
yang karena jasa-jasanya, Negara juga ikut memberikan aspirasi dengan di
tetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri sejak 4 tahun yang lalu pada
tahun 2015 oleh Presiden saat itu, yakni Bapak Joko Widodo atau yang biasa kita
kenal juga dengan sebutan Pak Jokowi
.
Santri biasanya identik dengan menetap di sebuah pondok
pesantren dengan kurun waktu tertentu. Mereka menghabiskan waktu kehidupannya
dengan menimba ilmu pendidikan agama islam sebanyak-banyaknya di Pondok
Pesantren. Hal yang biasa mereka lakukan yaitu mengkaji beberapa kitab kuning
diantaranya yakni Kitab Fathul Mu’in, Fathul Qorib, Ihya’ Ulummuddin, Irsyadul
Ibad, dan lai-lain. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak pernah menetap di
sebuah pondok pesantren dan tidak pernah mengkaji beberapa kitab tersebut,
beranggapan bahwa mereka bukanlah seorang santri. Padahal menurut KH Mustofa
Bisri atau Gus Mus, seorang Kyai dari Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin
(Rembang, Jawa Tengah) dalam akun sosial media nya menyatakan bahwa seseorang
juga dapat dikatakan sebagai seorang santri jika ia dapat mencintai tanah
airnya (tempat ia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan
menghargai tradisi-budaya-nya. Dan ia juga menghormati guru dan orang tua
hingga tiada”.
pesantren dengan kurun waktu tertentu. Mereka menghabiskan waktu kehidupannya
dengan menimba ilmu pendidikan agama islam sebanyak-banyaknya di Pondok
Pesantren. Hal yang biasa mereka lakukan yaitu mengkaji beberapa kitab kuning
diantaranya yakni Kitab Fathul Mu’in, Fathul Qorib, Ihya’ Ulummuddin, Irsyadul
Ibad, dan lai-lain. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak pernah menetap di
sebuah pondok pesantren dan tidak pernah mengkaji beberapa kitab tersebut,
beranggapan bahwa mereka bukanlah seorang santri. Padahal menurut KH Mustofa
Bisri atau Gus Mus, seorang Kyai dari Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin
(Rembang, Jawa Tengah) dalam akun sosial media nya menyatakan bahwa seseorang
juga dapat dikatakan sebagai seorang santri jika ia dapat mencintai tanah
airnya (tempat ia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan
menghargai tradisi-budaya-nya. Dan ia juga menghormati guru dan orang tua
hingga tiada”.
Dengan begitu, Siapapun kita.. pernah menetap di sebuah
pondok pesantren untuk menimba ilmu pendidikan agama islam atau tidak. Asalkan
kita mencintai tanah air kita (NKRI) maka Aku, kamu dan Dia pun juga seorang
Santri. Dan yang harus kita sadari saat ini yaitu bahwa Santri itu Untuk NKRI
kita harus bisa memberikan jasa-jasa yang terbaik untuk negeri ini, kita harus
mengabdi kepada negeri ini untuk menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) ini menjadi lebik baik dari sebelumnya.
Akhiron
Oleh:
Sahabati Khoirul Ummah (kader Rayon Tan Malaka)