Bersikap Adil Dulu, Baru Tuntut Keadilan

 

Sebelumnya aku mau bilang kalau tulisan ini berdasar dari sudut pandang ku sebagai makhluk Tuhan tentunya, bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian yang nyaman dan tidak terlalu berat untuk otak yang sudah lelah memikirkan masa depan. So, seperti yang kubilang di awal kalau karya ini berdasar pemikiran pribadi tentu akan menimbulkan pro dan kontra, hal itu tak jadi masalah buatku, karena menurutku karya yang baik adalah karya yang menimbulkan perdebatan.

Adil. Okey, aku gak akan mengambil dari KBBI atau filosof mengenai arti dari ‘adil’ itu sendiri. Namun seingatku, kata adil itu berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Di Indonesia tentu kita menjumpai banyak kasus yang dipertanyakan letak keadilannya, seperti nenek yang mencuri kayu perhutani divonis 15 BLN penjara dan denda 500 juta, sementara kasus suap benih lobster divonis 5 THN penjara dan denda 400 juta. Ini udah adil belum, sih? Udah sama-sama dihukum kok. Tapi coba deh bandingin, lucu kan? Yang paling banyak merugikan kasus kedua loh. Yah, namanya juga hidup, ya gak adil, dan kita ya harus terbiasa. 

Pas ada aksi unjuk rasa sering kita lihat poster dengan tulisan ‘Dimana letak keadilan?’ Jika kalian dihadapkan dengan pertanyaan itu, menurut kalian letak keadilan ada dimana? Jangan bilang di akhirat! Ya, gak salah sih sama jawabannya. Bukan berarti dengan dibenarkannya jawaban itu anda harus mati dulu baru dapat keadilan, gak gitu konsepnya woy, coba kita putar waktu ke tahun 2004, saat tewasnya aktivis HAM yang diracun, apa sudah mendapat keadilan? Jelas belum, bahkan dalangnya saja belum terungkap dan aparat cenderung menutup-nutupi. Karena itu, setelah tahu keadilan ada di akhirat kalian jangan berbondong-bondong buat mengakhiri hidup, ya. Keadilan di akhirat tentu didapat tapi di dunia kan siapa yang tahu.

Kalau begitu keadilan harus dituntut dong? Iya, harus! Namun sebelum menuntut keadilan kita harus ada etika nih, yaitu berlaku adil dulu. Coba deh kalian ingat-ingat, udah adil belum? Jangan sok nuntut keadilan kalau adil pada diri sendiri saja belum bisa. Mau contoh? Coba deh jawaban pertanyaan ini: pas pakai kemeja kancing baju atas dulu atau bawah dulu? Yang tengah jarang diduluin, ya? Wah wah wah, sama kancing baju aja kalian gak adil. Kedua, ini mungkin akan sedikit sensitif, jadi bagi kalian yang suka baper dan mudah tersinggung mending part ini dilewatin aja, okey pertanyaannya adalah kalian ngerokok? Kalo iya berarti kalian gak adil dong sama paru-paru, masak yang dirusak paru-paru aja organ lain juga dong hehehe, minum alkohol gih biar hatinya juga rusak, atau banyakin makan pedes biar lambungnya iritasi. Eits, bercanda ya jangan dilakuin, gak mau ya aku nanggung dosa kalian, dosaku udah banyak mending habis baca tulisan ini kalian gosipin aku aja deh biar dosaku menyusut. 

Kembali ke topik, keadilan. Menurutku konsep keadilan itu mirip HAM, kita harus menjalankan kewajiban dulu, baru menuntut hak kita. Begitu juga keadilan, kita harus adil dulu baru nuntut keadilan. Lalu kalau konsepnya udah sama kenapa kok masih ada aja kasus yang berkaitan dengan keadilan? Hello, kita itu manusia, individu yang satu berbeda dengan individu yang lain, kita berlaku adil belum tentu orang lain melakukan hal yang sama, ini ibarat kalian pas berkendara di jalan raya, sudah taat peraturan lalulintas tapi tetap mengalami kecelakaan karena ditabrak oleh pengendara lain. Saat kita sudah berhati-hati belum tentu orang lain juga berhati-hati. Kan udah kubilang kalau HAM mirip keadilan, kasus pelanggaran HAM aja banyak yang belum selesai apalagi kasus keadilan. 

Okey, sampai di sini dulu. Mungkin kalian kesulitan mengambil kesimpulan dari tulisan yang amburadul ini. Jadi, saya sebagai kreator dengan senang hati menyimpulkan tulisan ini, kesimpulannya adalah ‘jaga kesehatan’ udah itu aja. Sekian dan terimakasih.

*Oleh : Sahabati Helda

LihatTutupKomentar